Sunday, November 30, 2014

Khutbah Jumat

MENJAGA LIDAH
Innal hamda lillaah, nahmaduhuu wanastaiinuhuu wanastaghfiruh, wanauudzu billaahi min suruuri anfusinaa, wamin sayyiaati a’maalinaa, mayyahdillaahu falaa mudlillalah, waman yudlilhu falaa haadiyalah.
Asyhadu allaa Ilaaha illalloohu wahdahuu laa syariikalah, waasyhadu anna Muhammadan abduhuu warasuuluh.
Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin, wa ‘alaa aalihii waash haabiihii ajmaiin.
Innallooha wa malaaikatahuu yusholluuna ‘alan Nabi, yaa ayyuhalladziina aamanuu sholluu ‘alaihi wa sallimuu tasliimaa.
Ya ayyuhaladzi naamanu, taqullooha haqqa tuqaatih, walaa tamuutunna illa waantum muslimuun.

Ma’asyiral muslimin rahimahullah…
Ushikum wa nafsi bi taqwallah….

KHUTBAH PERTAMA :
Lisan adalah bagian anggota tubuh kita yang sangat penting. Allah telah menyebutkan salah satu nikmat yang besar yang diberikan kepada manusia berupa lisan yang dapat digunakan untuk berkata yang fasih dan baik. Yaitu firman Allah di dalam surat Ar Rahman ayat yang ke empat;
“Allah mengajarkan manusia pandai berbicara dengan fasih”
Dengan nikmat yang besar itu Allah mengingatkan kita agar terus bersyukur, sehingga Allah selalu mengulang-ulang pertanyaan di dalam surat yang sama;
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”.
Ini menunjukkan betapa lisan itu merupakan nikmat yang besar. Tetapi ternyata daging tak bertulang ini, dapat menentukan apakah seseorang bisa mendapatkan surga atau neraka. Satu kata yang terucap sudah pasti dicatat oleh salah satu dari dua malaikat “Raqib dan Atid”. Allah SWT berfirman:
“Tiada satu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf: 18)
Satu kata yang terucap yang menyakitkan orang lain terkadang membuat Allah murka meskipun itu diucapkan secara tidak  sengaja, tetapi pada akhirnya Allah memasukkan orang yang mengucapkan kata-kata itu ke dalam neraka.
Ucapan lisan dapat menjadi indikasi keimanan seseorang. Orang yang beriman selalu mengatakan kata yang baik, bila tidak mampu mengatakan yang baik, maka hendaknya ia diam, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam”.
Begitulah pentingnya lisan, hingga Rasul Muhammad SAW pernah menyampaikan bahwa kebanyakan ahli neraka disebabkan karena lisan mereka, sebagaimana pula beliau menyampaikan bahwa ada dua lubang yang sangat mudah menjadikan pemiliknya massuk neraka, yakni antara dua bibir dan antara dua kaki.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Di dunia ini, gara-gara lisan, seseorang mudah menceraikan istrinya. Gara-gara lisan, diri seseorang sudah tidak dihargai oleh teman-temannya. Gara-gara lisan, orang bisa kalap dan tega membunuh saudaranya. Dan gara-gara lisan, orang yang baik bisa terfitnah dan fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan.
Hati-hati dengan lisan kita. Karena ia separuh dari diri kita. Penyair Arab mengatakan: “Lisan seorang pemuda itu separuh (diri)nya, dan separuhnya lagi adalah hatinya,
Setelah itu tidak ada lagi yang tersisa dari dirinya, selain dari daging dan darahnya”.  
Ma’asyiral muslimin rahimahullah…
Pada suatu hari, ada seorang raja yang bermimpi. Dalam mimpinya, sang raja merasa bahwa giginya lepas atau tanggal. Lalu dia mengumpulkan para pentakbir mimpi. Setelah para pentakwil mimpi datang, maka menghadaplah salah seorang diantara mereka dan berkata:
“Wahai sang raja,  ini berarti musibah yang besar, karena umur sang raja sangat pendek sekali”
Maka marahlah sang raja dan memerintahkan para pengawal untuk menyeretnya keluar. Datanglah pentakwil mimpi yang kedua, sambil mengatakan:
“Wahai paduka, mimpi paduka berarti kabar gembira”.
“Aku tidak mau pujianmu, katakan saja apa maksud mimpiku”, kata raja.
“Begini, paduka, arti dari mimpi itu adalah, bahwa paduka akan berumur sangat panjang, dan karena umur paduka sangat panjang hingga para keluarga paduka lebih dahulu meninggal. Dan raja akan memerintahkan kerajaan ini dalam waktu yang sangat lama pula”, jawab pentakwil mimpi yang kedua.
Sang raja merasa lega dengan takwil mimpinya, lalu dia memberi hadiah kepada pentakwil mimpi yang kedua.
Mungkin isinya yang disampaikan oleh kedua takwil mimpi itu sama, hanya cara menyampaikan dan cara mengatur kata-kata saja yang berbeda.
Ma’asyiral muslimin rahimahullah…
Kita harus menjadi umat dan bangsa yang selalu memiliki visi ke depan supaya menjadi bangsa dan umat yang kuat. Dan ciri-ciri bangsa dan umat yang kuat adalah selalu bekerja, bekerja dan bekerja. Tidak berkutat pada hal-hal yang sia-sia seperti mengumbar lisan untuk berbicara tentang banyak hal yang tidak ada gunanya.
Orang-orang barat tidak terlalu menanggapi lawan bicaranya yang membuka aib orang lain. Dalam sebuah perjanjian bisnis misalnya, ketika salah satu dari keduanya membicarakan kejelekan orang lain, maka orang satu mengatakan; “Stop, itu bukan urusan saya, dan mari kita lanjutkan pembicaraan bisnis kita”.
Belakangan ini kita ikut bergembira karena ada anak-anak muda, para siswa SMK yang berhasil merakit mobil yang digadang-gadang akan menjadi mobil nasional. Sungguh, ini merupakan berita yang baik, di tengah-tengah banyak informasi dan fenomena obral kata-kata. Banyak kata-kata yang diucapkan  yang terkadang berhubungan dengan nama seseorang yang ternyata bagian dari korban fitnah dari kata-kata itu. Siswa-siswa SMK ini patut kita contoh. Karena mereka sedikit bicara, banyak kerja. Dan bukan OmDo (omong doang). Apalagi mengumpat, menggunjing, gosip, dan fitnah. Marilah budaya ini terus kita bangun agar Indonesia menjadi bangsa yang produktif, bukan bangsa yang saling melempar kata-kata, yang akhirnya menimbulkan permusuhan, tawuran, perkelahian, penyerangan hingga kita terkesan sebagai bangsa yang suka mengamuk. Semua ini berawal dari yang namanya lisan.
Betapa indahnya, jika kita manfaatkan lisan kita untuk kebaikan. “Kata-kata yang baik adalah sedekah”, begitulah Rasulullah SAW bersabda. Tetapi betapa banyak menit demi menit terlalui, tanpa ada makna dari lisan kita yang membuat hidup kita bisa berkualitas. Betapa ruginya kita, karena satu menit yang kita lalui dengan bercanda, sebenarnya bisa kita manfaatkan untuk melafadzkan kalimat: “La ila illallah” sebagai dzikir yang paling afdzal dan yang akan menjadi kunci surga. Satu menit yang kita lalui bisa kita gunakan untuk membaca “Subhanallah, wal hamdulillah, wala ilaha illallah”, yang bisa memenuhi langit dan bumi. Satu menit bisa kita gunakan untuk membaca surat Al Ikhlash 3x yang menandingi bacaan al Quran 30 juz. Satu menit bisa kita gunakan untuk membaca “Subhanallah wa bihamdihi” dapat memberatkan timbangan amal kebaikan di akhirat nanti. Satu menit dapat kita gunakan untuk membaca al Quran yang pahalanya ada ditiap hurufnya dan dilipatgandakan sampai 10x lipat. Satu menit untuk bershalawat Nabi, satu menit untuk mendoakan saudara kita, satu menit, satu menit, dan satu menit, kalau kita gunakan untuk kebaikan betapa banyak pahala yang akan kita dapatkan. Dan betapa lebih banyak lagi pahala yang kita dapatkan bila kita bekerja sambil berdzikir.
Ma’asyiral muslimin rahimahullah…
Lisan bisa membahayakan diri kita dan orang lain. Suatu ketika ada seorang kakek pensiunan yang mengajak teman-temannya untuk berkumpul bersama melalui berburu hewan di hutan. Mereka rata-rata sudah berumur 60 tahun. Biasa… berawal dari temu kangen, lalu saling bercerita, tentang keluarga mereka, dan juga tentang nostalgia masa lalu. Kakek yang pertama bercerita saat waktu masih kecil bermain di kebun, sawah dan ladang. Ia mengaku semua tempat itu adalah milik orang tuanya. Saat menyebutkan satu petak tanah, ternyata ada kakek yang lain yang merasa bahwa sebidang tanah petak itu adalah miliknya. Masing-masing akhirnya saling mengaku. Maka terjadilah perang mulut dan ketegangan yang luar biasa. Terjadilah suatu yang tidak mengenakkan hati kakek yang kedua; yaitu kakek yang pertama mengatakan: “Jangan sekali-kali kamu mendekati tanah itu, kalau berani mendekat, kamu akan saya tembak” sambil mengacungkan senapan ke atas kepala kakek kedua sekitar 1-2 meter. Hal inilah yang membuat kakek kedua semalaman tidak bisa tidak bisa karena hatinya dongkol. Sebelum fajar tiba, ia sudah menyimpulkan untuk membunuh kakek yang pertama.
Setelah terbit matahari, hatinya tetap bersikeras untuk membunuh kakek pertama, lalu ia ambil senapan dan pergi ke tempat biasa kakek pertama kerja di sebuah sekolah khusus putrid sebagai driver. Lama ia menunggu dan muncul sosok yang ia tuju. Dan…. Terdengar tembakan yang merobohkan sosok itu. Maka ditangkaplah ia, kemudian ditahan dalam sel. Saat itu hatinya sudah lega, hingga berteriak pada para polisi: “Silakan tembak saya, atau bakar saya, atau silakan bunuh saya dengan apa saja. Yang penting hati saya sudah lega karena sudaah berhasil membunuhnya”. Tetapi ternyata setelah diusut, orang yang ditembak itu bukan kakek pertama yang menyakiti hatinya. Kemudian dia dipenjara seumur hidup dan menyesal selama-lamanya.
Barokallohu liwalakum filquranil adzim, wanafaani waiyyakumbimaafiihi minal ayati wadzikrilhakim, wataqobbalahu minniwaminkum tilawatahu innahu huwassamii’ul’alim.
Aquulu qoulihadza wastaghfirullooha innahu huwal ghofurorrokhiim.

(Duduk)

KHUTBAH KEDUA
Alhamdulillahiladzi arsala rosulahu bilhuda wa dinilhaq, liyudhirohu ‘aladdinikullihi walaukarihal musrikun.
Asyahdualla ilahailalloh waasyhaduanna muhammadan’abduhu warosulahu
Allohuma solli’ala muhammadin wa’ala alihi waashabihi ajma’in.
Ya ayyuhaladzi naamanu, taqullooha haqqa tuqaatih, walaa tamuutunna illa waantum muslimuun.

Ma’asyiral muslimin rahimahullah…
Kita harus mensyukuri nikmat Allah yang telah menganugerahi anggota tubuh yang sempurna, diantaranya adalah lidah. Karena ada orang yang tidak bisa berbicara tetapi dapat memberikan manfaat kepada orang lain melebihi kita yang serba sempurna ini. Al kisah disebutkan ada dua orang cacat, yang satu bisa melihat tetapi tidak bisa mendengar dan berbicara, yang satu lagi tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar dan tidak bisa berbicara. Dua-duanya dapat menyampaikan nasehat di hadapan jamaah masjid dengan perantara seorang penerjemah. Yang pertama menyampaikan ceramah dengan isyarat tangan, dan yang kedua dengan sentuhan jari. Para jamaah berterima kasih karena telah diingatkan tentang syukur dan taubat oleh dua orang yang dua-duanya lidahnya tidak berfungsi. Bagaimana dengan kita yang bisa berbicara dengan fasih, apakah kita gunakan untuk yang baik atau sebaliknya?
Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin, wa ‘alaa aalihii waash haabiihii ajmaiin
Alhamdulillahirobbil’alamin
Allohummaghfir, lilmukminiina walmukminaat, walmuslimiina walmuslimaat, alakhyaaiminhum walamwaat, innaka samii’un qoriibummujibudda’awaat.
Robbana dzolamna anfusana, wailamtaghfirlana watarkhamna lanakunanna minalkhosiriin.
Robbana atina fidunya khasanah wafil akhiroti khasanah waqina adzabannar.
Walhamdulillahirobbil’alamin.
Ibaadalloh, innalloha ya’muru bil’adli wal ihsaani waiitaaidzil qurbaa, wayanha ‘anilfahsyaaii walmunkar, walbaghyi yaidzukum la’allakum tadzakkaruun
Fadzkuruulloohal’adziim yadzkurkum wasykuruuhu ’ala ni’matihi yazidkum waladzikrullohiakbar.



0 comments:

Post a Comment