MENJAGA
LIDAH
Innal hamda lillaah,
nahmaduhuu wanastaiinuhuu wanastaghfiruh, wanauudzu billaahi min suruuri
anfusinaa, wamin sayyiaati a’maalinaa, mayyahdillaahu falaa mudlillalah, waman
yudlilhu falaa haadiyalah.
Asyhadu allaa Ilaaha
illalloohu wahdahuu laa syariikalah, waasyhadu anna Muhammadan abduhuu
warasuuluh.
Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin, wa ‘alaa aalihii waash haabiihii
ajmaiin.
Innallooha wa malaaikatahuu yusholluuna ‘alan Nabi, yaa ayyuhalladziina
aamanuu sholluu ‘alaihi wa sallimuu tasliimaa.
Ya ayyuhaladzi naamanu, taqullooha haqqa tuqaatih, walaa tamuutunna illa
waantum muslimuun.
Ma’asyiral
muslimin rahimahullah…
Ushikum
wa nafsi bi taqwallah….
KHUTBAH PERTAMA :
Lisan adalah bagian anggota tubuh kita yang
sangat penting. Allah telah menyebutkan salah satu nikmat yang besar yang
diberikan kepada manusia berupa lisan yang dapat digunakan untuk berkata yang
fasih dan baik. Yaitu firman Allah di dalam surat Ar Rahman ayat yang ke empat;
“Allah
mengajarkan manusia pandai berbicara dengan fasih”
Dengan nikmat yang besar itu Allah
mengingatkan kita agar terus bersyukur, sehingga Allah selalu mengulang-ulang
pertanyaan di dalam surat yang sama;
“Maka nikmat Tuhanmu yang
manakah yang kamu dustakan?”.
Ini menunjukkan betapa lisan itu merupakan nikmat
yang besar. Tetapi ternyata daging tak bertulang ini, dapat menentukan apakah
seseorang bisa mendapatkan surga atau neraka. Satu kata yang terucap sudah
pasti dicatat oleh salah satu dari dua malaikat “Raqib dan Atid”. Allah SWT
berfirman:
“Tiada
satu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir” (QS. Qaaf: 18)
Satu kata yang terucap yang menyakitkan orang
lain terkadang membuat Allah murka meskipun itu diucapkan secara tidak
sengaja, tetapi pada akhirnya Allah memasukkan orang yang mengucapkan
kata-kata itu ke dalam neraka.
Ucapan lisan dapat menjadi indikasi keimanan
seseorang. Orang yang beriman selalu mengatakan kata yang baik, bila tidak
mampu mengatakan yang baik, maka hendaknya ia diam, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW:
“Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik
atau diam”.
Begitulah pentingnya lisan, hingga Rasul
Muhammad SAW pernah menyampaikan bahwa kebanyakan ahli neraka disebabkan karena
lisan mereka, sebagaimana pula beliau menyampaikan bahwa ada dua lubang yang
sangat mudah menjadikan pemiliknya massuk neraka, yakni antara dua bibir dan
antara dua kaki.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Di dunia ini, gara-gara lisan, seseorang
mudah menceraikan istrinya. Gara-gara lisan, diri seseorang sudah tidak
dihargai oleh teman-temannya. Gara-gara lisan, orang bisa kalap dan tega
membunuh saudaranya. Dan gara-gara lisan, orang yang baik bisa terfitnah dan
fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan.
Hati-hati dengan lisan kita. Karena ia
separuh dari diri kita. Penyair Arab mengatakan: “Lisan seorang pemuda itu separuh (diri)nya, dan separuhnya
lagi adalah hatinya,
Setelah
itu tidak ada lagi yang tersisa dari dirinya, selain dari daging dan
darahnya”.
Ma’asyiral muslimin rahimahullah…
Pada suatu hari, ada seorang raja yang
bermimpi. Dalam mimpinya, sang raja merasa bahwa giginya lepas atau tanggal.
Lalu dia mengumpulkan para pentakbir mimpi. Setelah para pentakwil mimpi
datang, maka menghadaplah salah seorang diantara mereka dan berkata:
“Wahai sang raja, ini berarti musibah
yang besar, karena umur sang raja sangat pendek sekali”
Maka marahlah sang raja dan memerintahkan
para pengawal untuk menyeretnya keluar. Datanglah pentakwil mimpi yang kedua,
sambil mengatakan:
“Wahai paduka, mimpi paduka berarti kabar
gembira”.
“Aku tidak mau pujianmu, katakan saja apa
maksud mimpiku”, kata raja.
“Begini, paduka, arti dari mimpi itu adalah,
bahwa paduka akan berumur sangat panjang, dan karena umur paduka sangat panjang
hingga para keluarga paduka lebih dahulu meninggal. Dan raja akan memerintahkan
kerajaan ini dalam waktu yang sangat lama pula”, jawab pentakwil mimpi yang
kedua.
Sang raja merasa lega dengan takwil mimpinya,
lalu dia memberi hadiah kepada pentakwil mimpi yang kedua.
Mungkin isinya yang disampaikan oleh kedua
takwil mimpi itu sama, hanya cara menyampaikan dan cara mengatur kata-kata saja
yang berbeda.
Ma’asyiral muslimin rahimahullah…
Kita harus menjadi umat dan bangsa yang
selalu memiliki visi ke depan supaya menjadi bangsa dan umat yang kuat. Dan
ciri-ciri bangsa dan umat yang kuat adalah selalu bekerja, bekerja dan bekerja.
Tidak berkutat pada hal-hal yang sia-sia seperti mengumbar lisan untuk
berbicara tentang banyak hal yang tidak ada gunanya.
Orang-orang barat tidak terlalu menanggapi
lawan bicaranya yang membuka aib orang lain. Dalam sebuah perjanjian bisnis
misalnya, ketika salah satu dari keduanya membicarakan kejelekan orang lain,
maka orang satu mengatakan; “Stop, itu bukan urusan saya, dan mari kita
lanjutkan pembicaraan bisnis kita”.
Belakangan ini kita ikut bergembira karena
ada anak-anak muda, para siswa SMK yang berhasil merakit mobil yang
digadang-gadang akan menjadi mobil nasional. Sungguh, ini merupakan berita yang
baik, di tengah-tengah banyak informasi dan fenomena obral kata-kata. Banyak
kata-kata yang diucapkan yang terkadang berhubungan dengan nama seseorang
yang ternyata bagian dari korban fitnah dari kata-kata itu. Siswa-siswa SMK ini
patut kita contoh. Karena mereka sedikit bicara, banyak kerja. Dan bukan OmDo
(omong doang). Apalagi mengumpat, menggunjing, gosip, dan fitnah. Marilah
budaya ini terus kita bangun agar Indonesia menjadi bangsa yang produktif,
bukan bangsa yang saling melempar kata-kata, yang akhirnya menimbulkan permusuhan,
tawuran, perkelahian, penyerangan hingga kita terkesan sebagai bangsa yang suka
mengamuk. Semua ini berawal dari yang namanya lisan.
Betapa
indahnya, jika kita manfaatkan lisan kita untuk kebaikan. “Kata-kata yang baik
adalah sedekah”, begitulah Rasulullah SAW bersabda. Tetapi betapa banyak menit
demi menit terlalui, tanpa ada makna dari lisan kita yang membuat hidup kita
bisa berkualitas. Betapa ruginya kita, karena satu menit yang kita lalui dengan
bercanda, sebenarnya bisa kita manfaatkan untuk melafadzkan kalimat: “La ila
illallah” sebagai dzikir yang paling afdzal dan yang akan menjadi kunci surga.
Satu menit yang kita lalui bisa kita gunakan untuk membaca “Subhanallah, wal
hamdulillah, wala ilaha illallah”, yang bisa memenuhi langit dan bumi. Satu menit
bisa kita gunakan untuk membaca surat Al Ikhlash 3x yang menandingi bacaan al
Quran 30 juz. Satu menit bisa kita gunakan untuk membaca “Subhanallah wa bihamdihi”
dapat memberatkan timbangan amal kebaikan di akhirat nanti. Satu menit dapat
kita gunakan untuk membaca al Quran yang pahalanya ada ditiap hurufnya dan
dilipatgandakan sampai 10x lipat. Satu menit untuk bershalawat Nabi, satu menit
untuk mendoakan saudara kita, satu menit, satu menit, dan satu menit, kalau
kita gunakan untuk kebaikan betapa banyak pahala yang akan kita dapatkan. Dan
betapa lebih banyak lagi pahala yang kita dapatkan bila kita bekerja sambil
berdzikir.
Ma’asyiral muslimin rahimahullah…
Lisan bisa membahayakan diri kita dan orang
lain. Suatu ketika ada seorang kakek pensiunan yang mengajak teman-temannya
untuk berkumpul bersama melalui berburu hewan di hutan. Mereka rata-rata sudah
berumur 60 tahun. Biasa… berawal dari temu kangen, lalu saling bercerita,
tentang keluarga mereka, dan juga tentang nostalgia masa lalu. Kakek yang pertama
bercerita saat waktu masih kecil bermain di kebun, sawah dan ladang. Ia mengaku
semua tempat itu adalah milik orang tuanya. Saat menyebutkan satu petak tanah,
ternyata ada kakek yang lain yang merasa bahwa sebidang tanah petak itu adalah
miliknya. Masing-masing akhirnya saling mengaku. Maka terjadilah perang mulut
dan ketegangan yang luar biasa. Terjadilah suatu yang tidak mengenakkan hati
kakek yang kedua; yaitu kakek yang pertama mengatakan: “Jangan sekali-kali kamu
mendekati tanah itu, kalau berani mendekat, kamu akan saya tembak” sambil
mengacungkan senapan ke atas kepala kakek kedua sekitar 1-2 meter. Hal inilah
yang membuat kakek kedua semalaman tidak bisa tidak bisa karena hatinya
dongkol. Sebelum fajar tiba, ia sudah menyimpulkan untuk membunuh kakek yang
pertama.
Setelah terbit matahari, hatinya tetap
bersikeras untuk membunuh kakek pertama, lalu ia ambil senapan dan pergi ke
tempat biasa kakek pertama kerja di sebuah sekolah khusus putrid sebagai
driver. Lama ia menunggu dan muncul sosok yang ia tuju. Dan…. Terdengar
tembakan yang merobohkan sosok itu. Maka ditangkaplah ia, kemudian ditahan
dalam sel. Saat itu hatinya sudah lega, hingga berteriak pada para polisi:
“Silakan tembak saya, atau bakar saya, atau silakan bunuh saya dengan apa saja.
Yang penting hati saya sudah lega karena sudaah berhasil membunuhnya”. Tetapi
ternyata setelah diusut, orang yang ditembak itu bukan kakek pertama yang
menyakiti hatinya. Kemudian dia dipenjara seumur hidup dan menyesal
selama-lamanya.
Barokallohu liwalakum filquranil adzim,
wanafaani waiyyakumbimaafiihi minal ayati wadzikrilhakim, wataqobbalahu
minniwaminkum tilawatahu innahu huwassamii’ul’alim.
Aquulu qoulihadza
wastaghfirullooha innahu huwal ghofurorrokhiim.
(Duduk)
KHUTBAH KEDUA
Alhamdulillahiladzi arsala
rosulahu bilhuda wa dinilhaq, liyudhirohu ‘aladdinikullihi walaukarihal
musrikun.
Asyahdualla ilahailalloh
waasyhaduanna muhammadan’abduhu warosulahu
Allohuma solli’ala muhammadin
wa’ala alihi waashabihi ajma’in.
Ya ayyuhaladzi naamanu,
taqullooha haqqa tuqaatih, walaa tamuutunna illa waantum muslimuun.
Ma’asyiral muslimin rahimahullah…
Kita harus mensyukuri nikmat Allah yang telah
menganugerahi anggota tubuh yang sempurna, diantaranya adalah lidah. Karena ada
orang yang tidak bisa berbicara tetapi dapat memberikan manfaat kepada orang
lain melebihi kita yang serba sempurna ini. Al kisah disebutkan ada dua orang
cacat, yang satu bisa melihat tetapi tidak bisa mendengar dan berbicara, yang
satu lagi tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar dan tidak bisa berbicara.
Dua-duanya dapat menyampaikan nasehat di hadapan jamaah masjid dengan perantara
seorang penerjemah. Yang pertama menyampaikan ceramah dengan isyarat tangan,
dan yang kedua dengan sentuhan jari. Para jamaah berterima kasih karena telah
diingatkan tentang syukur dan taubat oleh dua orang yang dua-duanya lidahnya
tidak berfungsi. Bagaimana dengan kita yang bisa berbicara dengan fasih, apakah
kita gunakan untuk yang baik atau sebaliknya?
Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin, wa ‘alaa aalihii waash haabiihii
ajmaiin
Alhamdulillahirobbil’alamin
Allohummaghfir, lilmukminiina walmukminaat, walmuslimiina walmuslimaat,
alakhyaaiminhum walamwaat, innaka samii’un qoriibummujibudda’awaat.
Robbana dzolamna anfusana, wailamtaghfirlana watarkhamna lanakunanna minalkhosiriin.
Robbana atina fidunya khasanah wafil akhiroti khasanah waqina adzabannar.
Walhamdulillahirobbil’alamin.
Ibaadalloh, innalloha ya’muru bil’adli wal ihsaani waiitaaidzil qurbaa,
wayanha ‘anilfahsyaaii walmunkar, walbaghyi yaidzukum la’allakum tadzakkaruun
Fadzkuruulloohal’adziim yadzkurkum wasykuruuhu ’ala ni’matihi yazidkum
waladzikrullohiakbar.
0 comments:
Post a Comment