Sunday, November 30, 2014

Karangan

Sibuk Banar Aku Hari Ini

            Sebagai anak asrama, pasti mempunyai kesibukan sendiri. Dari bangun pagi, membersihkan kamar tidur, dll. Namun pada hari ini aku merasa sibuk sekali, karena tidak ada waktu luang sedikitpun. Pada pagi hari ini, aku kesiangan bangun, seharusnya jam 5, malah bangun jam setengah tujuh. Aku yang terbangun pada jam setengah tujuh pun langsung mengambil air wudhu untuk sholat subuh (karena kamar mandi masih ramai). Setelah sholat subuh, akupun masih bersantai-santai menyiapkan seragam dan buku pelajaran untuk hari ini. Setelah itu, aku mengecek jam, ternyata sudah jam setengah tujuh, akupun bergegas mandi. Setelah mandi, aku cepat-cepat memakai baju dan merapikan kamar tidur, dan langsung apel pagi. Karena takut terlambat, setelah apel akupun langsung berangkat ke sekolah tanpa sarapan. Saat di jalan, akupun teringat bahwa aku tidak membawa handphone. Waktu pun berlalu dari awal pelajaran hingga pulangan. Pada saat yang lain pulang ke rumah, saya tetap disini bersama kelompok saya untuk mengerjakan tugas hingga jam 5. Pada saat pulang, saya langsung sholat ashar dan mandi sore. Pada malam harinya, saya teringat akan PR untuk esok harinya, dan sayapun begadang hingga larut malam lagi.

Mendeskripsikan Kelas X MIPA 7

Naufal :
Ruang kelas X MIPA 7 berada diantara tangga menuju kelas X MIPA 8-X SOS dan kelas X MIPA 6, tepat di depan tangga dari RB1 (Ruang Belajar 1) menuju RB2. Ruangan ini cukup luas, dapat menampung 27 orang, dan 1 orang guru, dengan ukuran ukuran 9x8 m. Ruang ini memiliki dinding dan plafon yang berwarna putih. Lantai yang memiliki keramik berwarna krem dan memilki ukuran 60x60 cm. Ruangan ini memiliki beberapa fasilitas, 2 pintu, 1 papan tulis, bendera, 12 buah jendela dan gorden yang berwarna hijau untuk menutupinya dari sinar matahari. 2 Air Conditioner untuk mendinginkan ruangan, 14 buah ventilasi untuk memasukkan udara, 6 buah lampu, 30 buah kursi, 28 buah meja murid, dan 1 meja guru, memiliki dekorasi bertuliskan “SOL” di samping papan tulis dan “SEPATU”di dinding belakang, gypsum di langit-langit sudah ada yang rusak, juga ada beberapa alat untuk membersihkan kelas seperti sapu, dll.

Galih :
Ruang kelas X MIA 7 selain merupakan tempat kami untuk bergelut dengan ilmu pengetahuan dalam sebuah bidang tetapi juga sebagai tempat kami mengungkapkan segala ekspresi dan keluh kesah. Serta didukung teman-teman yang memiliki rasa kebersamaan dan toleransi terhadap temannya. Kelas ini menyenangkan, walaupun infrastruktur yang kurang lengkap, kelas kami terletak di bawah gedung utama dan diantara wc bawah dan X MIPA 6, berhubungan dengan warna yang melambangkan makna simbolis dari sifat suci yang melambangkan bahwa Kelas X MIA 7 ini merupakan kelas yang kami junjung agar selalu menjaga nama baik kelas maupun sekolah, walaupun hanya mempunyai 2 AC yang tidak boleh di hidupkan, satu papan tulis, dan kurangnya pasokan stop kontak yang sebenarnya merupakan hal yang kami butuhkan. Tetapi memiliki siswa siswi yang menambah warna kehidupanku, ini kelas solidaritas jika ada seorang siswa yang mendapatkan masalah kami siswa X MIA 7 siap membantu dengan segenap hati. Karena ini merupakan kelas pemimpin, berbeda dengan kelas-kelas yang lain, dan di Kelas X MIA 7 merupakan tempat paling nyaman bagi kami anak X MIA 7 dalam membagi penderitaan akibat banyak tugas yang banyak serta menumpuk tapi kami siap dalam hal bertanggung jawab untuk mengerjakanya. Kelas X MIA 7 

Anisa :
Ruang kelas X MIPA 7 adalah salah satu ruangan yang nyaman di SMA Negeri 10 Samarinda. Selain digunakan untuk belajar di kelas ini juga digunakan untuk bersantai. Kelas ini memiliki ukuran seluas 9x8 m. Dindingnya berwarna putih dan lantai dari keramik yang berwarna krem. Di bagian depan terdapat papan tulis dan disebelahnya terdapat bendera. Di bagian depan kanan kelas ada meja dan kursi untuk guru mengajar. Di kelas ini memiliki 28 meja dan 30 kursi. Di bagian jendela terpasang gorden yang berwarna hijau. Di atas jendela terdapat 2 AC. Di bagian belakang terdapat 3 sapu dan 2 sekop yang digunakan untuk membersihkan kelas.

Fachri :
Ruang kelas X MIPA 7 adalah salah satu ruang kelas yang ada di kampus B SMA Negeri 10 Samarinda. Ruang kelas ini terletak di bawah gedung utama, diantara tangga menuju lantai 2 ruang belajar 2, dan X MIPA 6. Ruang kelas X MIPA 7 berukuran sekitar 8x7 m. Berhubungan dengan warna, warna tembok ruang kelas X MIPA 7 berwarna putih dan keramiknya berwarna krem. Bicara soal fasilitas, Ruang Kelas kami mempunyai 6 lampu  neon, 2 AC, 1 papan tulis, 1 meja guru beserta kursinya, 1 bendera, 1 stop kontak, 1 mini board, 12 jendela beserta gordennya yang berwarna hijau, 2 buah pintu dan 27 meja untuk siswa beserta kursinya. Hampir setiap hari kegiatan belajar mengajar selalu dilakukan di ruang kelas X MIPA 7.


Apong :

Ruang kelas X MIPA 7,  2 minggu sekali pada hari kamis melakukan kerja bakti bersama. Setiap siswanya mempunyai tugasnya masing-masing dan setiap seminggu sekali murid X MIPA 7 melakukan rolling tempat duduk. Setiap harinya saat pulang sekolah ruang kelas X MIPA 7 dibersihkan oleh murid yang sudah mempunyai jadwalnya masing-masing. Kelas kami ini adalah salah satu ruang kelas yang berada di SMA Negeri 10 Samarinda kampus B. Ruang kelas kami terletak di gedung bawah yang berada diantara tangga dan X MIPA 6. Ruang kelas kami mempunyai fasilitas yang memadai untuk belajar mengajar seperti; meja dan kursi berjumlah 28 termasuk meja dan kursi guru, papan tulis, AC, lampu, dll.

Ceramah

Al-Afaatul Lisan (Bahaya Lidah)

Assalamualaikum Wr. Wb.
Assolatuwassalam wa’ala asrofil anbiya’iwarmusalin ..Wa’ala alihi washohbihi ajmain amma ba’du. Puji syukur kepada tuhan seluruh sekalian alam, Allah SWT. Atas rahmat dan hidayahnya kita dapat berkumpul lagi pada hari ini disini. Shalawat serta salam selalu kita junjung kepada nabi besar SAW. Serta pengikutnya hingga akhir jaman.
Pada siang hari ini saya, Naufal Aditya Dirgandhavi, akan berkultum yang berjudul Al-Afaatul Lisan atau Bahaya Lidah
DUA hal penting yang sering diingatkan Islam kepada kita-manusia- adalah menjaga dan memelihara dengan baik lidah dan tingkah laku. Rasulullah saw. berpesan kepada kita semua yaitu,"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Qiyamat hendaklah berkata yang baik atau diam." Pesan ini menekankan tentang pentingnya menjaga tutur kata, tidak mengucapkan hal yang buruk dan menyakiti hati, karena bertutur sembarang tanpa pikir akan membawa kepada krisis lain yaitu permusuhan, kekacauan bahkan pertumpahan darah.
Maka dengan menjaga lidah dan tutur kata, dapat dipastikan akan terjalinnya kehidupan yang tenteram, damai dan sejahtera di tengah masyarakat sepanjang masa. Dalam konteks inilah Rasulullah saw berpesan supaya menjaga lidah dan tingkah laku agar tidak mengganggu dan melampaui batas atau menyentuh hak dan maruah orang lain.
Harus diakui bahwa manusia memang berbeda pandangan dan pendirian, bebas membuat pentafsiran terhadap sesuatu yang dirasakan benar baginya, tetapi manusia juga mempunyai akal dan pertimbangan secara etis dan berperadaban. Kalau tidak prihatin kepada hal itu ,  maka selanjutnya kita selalu dalam petaka.
Lidah memang tak bertulang, pepatah itu menggambarkan betapa sulit mengatur lidah ini. Terkadang dalam tempat-tempat perkumpulan, keadaan menjadi semakin seru bahkan akan menjadi segar, bila seseorang menyodorkan gosip 'baru'. Terlebih bila sang pencetus ‘gosip' pernah merasa dirugikan oleh 'sang calon' pesakitan. Yang ini bisa jadi akan tambah seru. Dia pernah disakiti, disinggung, dipermalukan, dijahili, ataupun yang serupa dengan itu. Maka rem lidah benar-benar sering blong.
Bila menghadapi kondisi 'menarik' seperti ini ungkapan cucu Rasulullah saw, Al-Husain ra mungkin bisa menjadi mizan (pertimbangan) bagi kita, "Seseorang yang menceritakan keburukan orang lain di hadapanmu, boleh jadi dia akan menceritakan keburukanmu (juga) pada orang lain."
***
Dalam sebuah perjalanan ke suatu daerah, para sahabat diatur agar setiap dua orang yang mampu, membantu seorang yang tak mampu (tentang makan-minum). Kebetulan Salman Al Farisi diikutkan pada dua orang, tetapi ketika itu ia lupa tidak melayani keperluan keduanya. Ia disuruh minta lauk pauk kepada Rasulullah saw. Dan setelah ia berangkat, keduanya berkata, "Seandainya ia pergi ke sumur, pasti surutlah sumurnya."

Sewaktu Salman menghadap, beliau bersabda, "Sampaikan kepada kedua temanmu bahwa kalian sudah makan lauk pauknya." Setelah ia menyampaikan kepada mereka berdua, lalu keduanya menghadap kepada Nabi saw dan katanya, "Kami tidak makan lauk pauk dan seharian kami tidak makan daging." Kemudian Rasulullah bersabda, "Kalian telah mengatakan saudaramu (Salman) begini-begitu. Maukan kalian memakan daging orang mati?" Mereka menjawab, "Tidak!" "Jika kalian tidak mau makan daging orang mati, maka janganlah kalian ghibah mengatakan kejelekan orang lain, sebab yang demikian itu berarti memakan daging saudaranya sendiri."

Menurut Ibnu Abbas, kisah tersebut yang melatarbelakangi diturunkannya surat Al-Hujarat: 12. "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (buruk), karena setengahnya itu dosa, dan janganlah menyelidiki kesalahan orang lain, dan jangan pula setengah kamu menggunjing (ghibah) atas sebagian yang lainnya. Maukah seseorang di antara kamu makan daging saudaranya yang mati? Pasti kamu jijik (tidak mau). Bertaqwalah kepada Allah, bahwasannya Allah menerima taubat lagi Penyayang."
***
Imam Sya'bi adalah salah seorang syekh di kota Basrah, pada suatu hari beliau berceramah di hadapan murid²nya, tersebutlah seorang murid duduk disampingnya, yang mulai sejak awal Imam Sya'bi berbicara tidak pernah ia bertanya atau berkata-kata sepatah katapun, tidak seperti murid-muridnya yang lain, maka bertanyalah Imam Sya'bi kepada muridnya yang satu ini ;
"Mengapa engkau tidak berkata sepatah katapun .....?"
Anak muda itu menjawab, dengan sebuah kalimat bijak," Oo, Aku diam, maka aku selamat. Aku mendengarkan, maka aku tahu. Sesungguhnya manusia itu mempunyai bagian masing-masing, di telinganya, bagian itu untuknya, di lidahnya bagian itu untuk orang lain. Seseorang justru tertimpa celaka karena terpeleset lidahnya, dan tidaklah ia terkena bahaya lantaran terpeleset kakinya, apabila ia terpeleset kakinya ia akan sembuh kembali dalam waktu yang tidak lama, tetapi apabila ia terpeleset gara-gara perkataannya bisa saja ia kehilangan kepalanya."

Di Basrah pernah kedatangan seorang pria yang disangka wali dan tampaknya sangat alim. Penduduk kota itu memuja-muja sang wali lantaran melihat pakaiannya yang serba taqwa, jubahnya tebal, sorbannya panjang, dan biji tasbihnya besar-besar, ia begitu dihormati, dan penduduk banyak memberikan sedekah kepadanya. Hingga dalam tempo singkat wali itu menjadi kaya raya, tetapi sebutirpun belum pernah wali itu memberikan ilmu kepada penduduk Basrah sampai saatnya ia akan meninggalkan kota itu. Sehingga Imam Hasan Al Bashri ingin tahu, siapa gerangan dia, dan sejauh mana ketakwaan dan kealimannya. Maka didatanginya wali tersebut di penginapannya, kepada sang wali Imam Hasan Al Bashri bertanya ," Dari mana Tuan memperoleh derajat kewalian?"
Orang itu dengan congkak menjawab," dari Allah ". Dengan ucapan seringkas itu tahulah Imam Hasan Al Bashri bahwa orang tersebut bukan wali, melainkan seorang penipu belaka. Seyogyanya ia berkata, "Maaf, saya bukan wali." Sebab tidak ada seorangpun yang mengaku dirinya wali adalah benar-benar wali. Derajat kewalian tidak pernah disadari oleh yang bersangkutan, derajat kewalian hanya dirasakan oleh orang-orang yang memahami betapa beratnya menjadi orang saleh, yang memilih kebajikan bagi orang lain daripada keuntungan buat diri sendiri.
Inilah Bencana Lidah itu
Lidah adalah salah satu ayat Allah, juga salah satu nikmat-Nya. Maka wajiblah manusia memeliharanya dari dosa dan kemaksiatan, serta menjaganya dari ucapan-ucapan yang bisa menimbulkan penyesalan dan kerugian. Lidah akan menjadi saksi pada hari kiamat. "Pada hari ketika lidah, tangan dan kaki menjadi saksi atas mereka terhadap apa-apa yang dahulu mereka kerjakan." (QS. 24:24)

Lidah termasuk nikmat Allah SWT yang sangat besar bagi manusia. Kebaikan yang diucapkannya melahirkan manfaat yang luas dan kejelekan yang dikatakannya membuahkan ekor keburukan yang panjang. Karena dia tidak bertulang, dia tidak sulit untuk digerakkan dan dipergunakan. Dia adalah alat paling penting yang bisa dimanfaatkan oleh syaithan dalam menjerumuskan manusia. 
Bahaya Lidah itu sebenarnya ada banyak, salah satunya adalah..
1. Alkalaamu fimaa laa ya'nihi (Ungkapan yang tidak berguna)
Nabi Saw. telah bersabda: "Barang siapa mampu menjaga apa yang terdapat antara dua janggut dan apa yang ada di antara dua kaki, maka aku jamin dia masuk surga. ( Muttafaq ‘alaih, dari Sahl bin Sa'ad)
Kadang seseorang mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan dan tanpa dipertimbangkan sebelumnya, sehingga menimbulkan kerugian dan penyesalan.

"Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan yang menyebabkan dia tergelincir ke dalam neraka yang jaraknya lebih jauh antara timur dan barat". (Muttafaq ‘alaih, dari Abu Hurairah)

Kita hendaknya hanya mengucapkan sesuatu yang bermanfaat, karena ucapan yang mubah dapat mengarah kapada hal yang makruh atau haram.
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berbicara yang baik atau diam". (Muttafaq ‘alaih, dari Abu Hurairah)

Bila seseorang telah mengerti bahwa ia akan dihisab dan dibalas atas segala yang ucapan lidahnya, maka dia akan tahu bahaya kata-kata yang diucapkan lidah, dan dia pun akan mempertimbangkan dengan matang sebelum lidahnya dipergunakan. Allah berfirman: "Tidak ada satu ucapan pun yang diucapkan, kecuali di dekatnya ada malaikat Raqib dan ‘Atid." (QS.Qoof: 18)

2. Fudhulul Kalaam (Berbicara yang berlebihan)
Lidah memiliki kesempatan yang sangat luas untuk taat kepada Allah dan berdzikir kepadanya, tetapi juga memungkinkan untuk digunakan dalam kemaksiatan dan berbicara berlebihan. Semestinya kita mampu mengendalikan lidah untuk berdzikir dan taat kepada Allah, sehingga bisa meninggikan derajat kita. Sedangkan banyak berbicara tanpa dzikir kepada Allah akan mengeraskan hati, dan menjauhkan diri dari Allah ‘Azza wa Jalla.

Menuju surga cepat dengan lisan, menuju nerakapun cepat dengan lisan. Lisan bagai ‘jaring' kalau menjaringnya baik akan mendapatkan hasil yang baik, sebaliknya jika tidak hasilnya akan sedikit dan melelahkan. Kata orang lidah tidak bertulang, maka lebih senang mengatakan apa-apa tanpa berfikir. Bahaya lidah ini sebenarnya besar sekali. Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda, "Tiada akan lurus keimanan seorang hamba, sehingga lurus pula hatinya, dan tiada akan lurus hatinya, sehingga lurus pula lidahnya. dan seorang hamba tidak akan memasuki syurga, selagi tetangganya belum aman dari kejahatannya."

Allah telah memberikan batasan tentang pembicaraan agar arahan pembicaran kita bermanfaat dan berdampak terhadap sesama, sebagaimana firman-Nya: "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi shodaqoh atau berbuat ma'ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar." (Annisa:114)


Khutbah Jumat

MENJAGA LIDAH
Innal hamda lillaah, nahmaduhuu wanastaiinuhuu wanastaghfiruh, wanauudzu billaahi min suruuri anfusinaa, wamin sayyiaati a’maalinaa, mayyahdillaahu falaa mudlillalah, waman yudlilhu falaa haadiyalah.
Asyhadu allaa Ilaaha illalloohu wahdahuu laa syariikalah, waasyhadu anna Muhammadan abduhuu warasuuluh.
Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin, wa ‘alaa aalihii waash haabiihii ajmaiin.
Innallooha wa malaaikatahuu yusholluuna ‘alan Nabi, yaa ayyuhalladziina aamanuu sholluu ‘alaihi wa sallimuu tasliimaa.
Ya ayyuhaladzi naamanu, taqullooha haqqa tuqaatih, walaa tamuutunna illa waantum muslimuun.

Ma’asyiral muslimin rahimahullah…
Ushikum wa nafsi bi taqwallah….

KHUTBAH PERTAMA :
Lisan adalah bagian anggota tubuh kita yang sangat penting. Allah telah menyebutkan salah satu nikmat yang besar yang diberikan kepada manusia berupa lisan yang dapat digunakan untuk berkata yang fasih dan baik. Yaitu firman Allah di dalam surat Ar Rahman ayat yang ke empat;
“Allah mengajarkan manusia pandai berbicara dengan fasih”
Dengan nikmat yang besar itu Allah mengingatkan kita agar terus bersyukur, sehingga Allah selalu mengulang-ulang pertanyaan di dalam surat yang sama;
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”.
Ini menunjukkan betapa lisan itu merupakan nikmat yang besar. Tetapi ternyata daging tak bertulang ini, dapat menentukan apakah seseorang bisa mendapatkan surga atau neraka. Satu kata yang terucap sudah pasti dicatat oleh salah satu dari dua malaikat “Raqib dan Atid”. Allah SWT berfirman:
“Tiada satu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf: 18)
Satu kata yang terucap yang menyakitkan orang lain terkadang membuat Allah murka meskipun itu diucapkan secara tidak  sengaja, tetapi pada akhirnya Allah memasukkan orang yang mengucapkan kata-kata itu ke dalam neraka.
Ucapan lisan dapat menjadi indikasi keimanan seseorang. Orang yang beriman selalu mengatakan kata yang baik, bila tidak mampu mengatakan yang baik, maka hendaknya ia diam, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam”.
Begitulah pentingnya lisan, hingga Rasul Muhammad SAW pernah menyampaikan bahwa kebanyakan ahli neraka disebabkan karena lisan mereka, sebagaimana pula beliau menyampaikan bahwa ada dua lubang yang sangat mudah menjadikan pemiliknya massuk neraka, yakni antara dua bibir dan antara dua kaki.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Di dunia ini, gara-gara lisan, seseorang mudah menceraikan istrinya. Gara-gara lisan, diri seseorang sudah tidak dihargai oleh teman-temannya. Gara-gara lisan, orang bisa kalap dan tega membunuh saudaranya. Dan gara-gara lisan, orang yang baik bisa terfitnah dan fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan.
Hati-hati dengan lisan kita. Karena ia separuh dari diri kita. Penyair Arab mengatakan: “Lisan seorang pemuda itu separuh (diri)nya, dan separuhnya lagi adalah hatinya,
Setelah itu tidak ada lagi yang tersisa dari dirinya, selain dari daging dan darahnya”.  
Ma’asyiral muslimin rahimahullah…
Pada suatu hari, ada seorang raja yang bermimpi. Dalam mimpinya, sang raja merasa bahwa giginya lepas atau tanggal. Lalu dia mengumpulkan para pentakbir mimpi. Setelah para pentakwil mimpi datang, maka menghadaplah salah seorang diantara mereka dan berkata:
“Wahai sang raja,  ini berarti musibah yang besar, karena umur sang raja sangat pendek sekali”
Maka marahlah sang raja dan memerintahkan para pengawal untuk menyeretnya keluar. Datanglah pentakwil mimpi yang kedua, sambil mengatakan:
“Wahai paduka, mimpi paduka berarti kabar gembira”.
“Aku tidak mau pujianmu, katakan saja apa maksud mimpiku”, kata raja.
“Begini, paduka, arti dari mimpi itu adalah, bahwa paduka akan berumur sangat panjang, dan karena umur paduka sangat panjang hingga para keluarga paduka lebih dahulu meninggal. Dan raja akan memerintahkan kerajaan ini dalam waktu yang sangat lama pula”, jawab pentakwil mimpi yang kedua.
Sang raja merasa lega dengan takwil mimpinya, lalu dia memberi hadiah kepada pentakwil mimpi yang kedua.
Mungkin isinya yang disampaikan oleh kedua takwil mimpi itu sama, hanya cara menyampaikan dan cara mengatur kata-kata saja yang berbeda.
Ma’asyiral muslimin rahimahullah…
Kita harus menjadi umat dan bangsa yang selalu memiliki visi ke depan supaya menjadi bangsa dan umat yang kuat. Dan ciri-ciri bangsa dan umat yang kuat adalah selalu bekerja, bekerja dan bekerja. Tidak berkutat pada hal-hal yang sia-sia seperti mengumbar lisan untuk berbicara tentang banyak hal yang tidak ada gunanya.
Orang-orang barat tidak terlalu menanggapi lawan bicaranya yang membuka aib orang lain. Dalam sebuah perjanjian bisnis misalnya, ketika salah satu dari keduanya membicarakan kejelekan orang lain, maka orang satu mengatakan; “Stop, itu bukan urusan saya, dan mari kita lanjutkan pembicaraan bisnis kita”.
Belakangan ini kita ikut bergembira karena ada anak-anak muda, para siswa SMK yang berhasil merakit mobil yang digadang-gadang akan menjadi mobil nasional. Sungguh, ini merupakan berita yang baik, di tengah-tengah banyak informasi dan fenomena obral kata-kata. Banyak kata-kata yang diucapkan  yang terkadang berhubungan dengan nama seseorang yang ternyata bagian dari korban fitnah dari kata-kata itu. Siswa-siswa SMK ini patut kita contoh. Karena mereka sedikit bicara, banyak kerja. Dan bukan OmDo (omong doang). Apalagi mengumpat, menggunjing, gosip, dan fitnah. Marilah budaya ini terus kita bangun agar Indonesia menjadi bangsa yang produktif, bukan bangsa yang saling melempar kata-kata, yang akhirnya menimbulkan permusuhan, tawuran, perkelahian, penyerangan hingga kita terkesan sebagai bangsa yang suka mengamuk. Semua ini berawal dari yang namanya lisan.
Betapa indahnya, jika kita manfaatkan lisan kita untuk kebaikan. “Kata-kata yang baik adalah sedekah”, begitulah Rasulullah SAW bersabda. Tetapi betapa banyak menit demi menit terlalui, tanpa ada makna dari lisan kita yang membuat hidup kita bisa berkualitas. Betapa ruginya kita, karena satu menit yang kita lalui dengan bercanda, sebenarnya bisa kita manfaatkan untuk melafadzkan kalimat: “La ila illallah” sebagai dzikir yang paling afdzal dan yang akan menjadi kunci surga. Satu menit yang kita lalui bisa kita gunakan untuk membaca “Subhanallah, wal hamdulillah, wala ilaha illallah”, yang bisa memenuhi langit dan bumi. Satu menit bisa kita gunakan untuk membaca surat Al Ikhlash 3x yang menandingi bacaan al Quran 30 juz. Satu menit bisa kita gunakan untuk membaca “Subhanallah wa bihamdihi” dapat memberatkan timbangan amal kebaikan di akhirat nanti. Satu menit dapat kita gunakan untuk membaca al Quran yang pahalanya ada ditiap hurufnya dan dilipatgandakan sampai 10x lipat. Satu menit untuk bershalawat Nabi, satu menit untuk mendoakan saudara kita, satu menit, satu menit, dan satu menit, kalau kita gunakan untuk kebaikan betapa banyak pahala yang akan kita dapatkan. Dan betapa lebih banyak lagi pahala yang kita dapatkan bila kita bekerja sambil berdzikir.
Ma’asyiral muslimin rahimahullah…
Lisan bisa membahayakan diri kita dan orang lain. Suatu ketika ada seorang kakek pensiunan yang mengajak teman-temannya untuk berkumpul bersama melalui berburu hewan di hutan. Mereka rata-rata sudah berumur 60 tahun. Biasa… berawal dari temu kangen, lalu saling bercerita, tentang keluarga mereka, dan juga tentang nostalgia masa lalu. Kakek yang pertama bercerita saat waktu masih kecil bermain di kebun, sawah dan ladang. Ia mengaku semua tempat itu adalah milik orang tuanya. Saat menyebutkan satu petak tanah, ternyata ada kakek yang lain yang merasa bahwa sebidang tanah petak itu adalah miliknya. Masing-masing akhirnya saling mengaku. Maka terjadilah perang mulut dan ketegangan yang luar biasa. Terjadilah suatu yang tidak mengenakkan hati kakek yang kedua; yaitu kakek yang pertama mengatakan: “Jangan sekali-kali kamu mendekati tanah itu, kalau berani mendekat, kamu akan saya tembak” sambil mengacungkan senapan ke atas kepala kakek kedua sekitar 1-2 meter. Hal inilah yang membuat kakek kedua semalaman tidak bisa tidak bisa karena hatinya dongkol. Sebelum fajar tiba, ia sudah menyimpulkan untuk membunuh kakek yang pertama.
Setelah terbit matahari, hatinya tetap bersikeras untuk membunuh kakek pertama, lalu ia ambil senapan dan pergi ke tempat biasa kakek pertama kerja di sebuah sekolah khusus putrid sebagai driver. Lama ia menunggu dan muncul sosok yang ia tuju. Dan…. Terdengar tembakan yang merobohkan sosok itu. Maka ditangkaplah ia, kemudian ditahan dalam sel. Saat itu hatinya sudah lega, hingga berteriak pada para polisi: “Silakan tembak saya, atau bakar saya, atau silakan bunuh saya dengan apa saja. Yang penting hati saya sudah lega karena sudaah berhasil membunuhnya”. Tetapi ternyata setelah diusut, orang yang ditembak itu bukan kakek pertama yang menyakiti hatinya. Kemudian dia dipenjara seumur hidup dan menyesal selama-lamanya.
Barokallohu liwalakum filquranil adzim, wanafaani waiyyakumbimaafiihi minal ayati wadzikrilhakim, wataqobbalahu minniwaminkum tilawatahu innahu huwassamii’ul’alim.
Aquulu qoulihadza wastaghfirullooha innahu huwal ghofurorrokhiim.

(Duduk)

KHUTBAH KEDUA
Alhamdulillahiladzi arsala rosulahu bilhuda wa dinilhaq, liyudhirohu ‘aladdinikullihi walaukarihal musrikun.
Asyahdualla ilahailalloh waasyhaduanna muhammadan’abduhu warosulahu
Allohuma solli’ala muhammadin wa’ala alihi waashabihi ajma’in.
Ya ayyuhaladzi naamanu, taqullooha haqqa tuqaatih, walaa tamuutunna illa waantum muslimuun.

Ma’asyiral muslimin rahimahullah…
Kita harus mensyukuri nikmat Allah yang telah menganugerahi anggota tubuh yang sempurna, diantaranya adalah lidah. Karena ada orang yang tidak bisa berbicara tetapi dapat memberikan manfaat kepada orang lain melebihi kita yang serba sempurna ini. Al kisah disebutkan ada dua orang cacat, yang satu bisa melihat tetapi tidak bisa mendengar dan berbicara, yang satu lagi tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar dan tidak bisa berbicara. Dua-duanya dapat menyampaikan nasehat di hadapan jamaah masjid dengan perantara seorang penerjemah. Yang pertama menyampaikan ceramah dengan isyarat tangan, dan yang kedua dengan sentuhan jari. Para jamaah berterima kasih karena telah diingatkan tentang syukur dan taubat oleh dua orang yang dua-duanya lidahnya tidak berfungsi. Bagaimana dengan kita yang bisa berbicara dengan fasih, apakah kita gunakan untuk yang baik atau sebaliknya?
Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin, wa ‘alaa aalihii waash haabiihii ajmaiin
Alhamdulillahirobbil’alamin
Allohummaghfir, lilmukminiina walmukminaat, walmuslimiina walmuslimaat, alakhyaaiminhum walamwaat, innaka samii’un qoriibummujibudda’awaat.
Robbana dzolamna anfusana, wailamtaghfirlana watarkhamna lanakunanna minalkhosiriin.
Robbana atina fidunya khasanah wafil akhiroti khasanah waqina adzabannar.
Walhamdulillahirobbil’alamin.
Ibaadalloh, innalloha ya’muru bil’adli wal ihsaani waiitaaidzil qurbaa, wayanha ‘anilfahsyaaii walmunkar, walbaghyi yaidzukum la’allakum tadzakkaruun
Fadzkuruulloohal’adziim yadzkurkum wasykuruuhu ’ala ni’matihi yazidkum waladzikrullohiakbar.



99 Asmaul Husna

1
Ar Rahman
الرحمن
Yang Maha Pemurah
2
Ar Rahiim
الرحيم
Yang Maha Penyayang
3
Al Malik
الملك
Yang Maha Merajai/Memerintah
4
Al Quddus
القدوس
Yang Maha Suci
5
As Salaam
السلام
Yang Maha Memberi Kesejahteraan
6
Al Mu`min
المؤمن
Yang Maha Memberi Keamanan
7
Al Muhaimin
المهيمن
Yang Maha Pemelihara
8
Al `Aziiz
العزيز
Yang Maha Perkasa
9
Al Jabbar
الجبار
Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
10
Al Mutakabbir
المتكبر
Yang Maha Megah, Yang Memiliki Kebesaran
11
Al Khaliq
الخالق
Yang Maha Pencipta
12
Al Baari`
البارئ
Yang Maha Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan)
13
Al Mushawwir
المصور
Yang Maha Membentuk Rupa (makhluknya)
14
Al Ghaffaar
الغفار
Yang Maha Pengampun
15
Al Qahhaar
القهار
Yang Maha Memaksa
16
Al Wahhaab
الوهاب
Yang Maha Pemberi Karunia
17
Ar Razzaaq
الرزاق
Yang Maha Pemberi Rezeki
18
Al Fattaah
الفتاح
Yang Maha Pembuka Rahmat
19
Al `Aliim
العليم
Yang Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu)
20
Al Qaabidh
القابض
Yang Maha Menyempitkan (makhluknya)
21
Al Baasith
الباسط
Yang Maha Melapangkan (makhluknya)
22
Al Khaafidh
الخافض
Yang Maha Merendahkan (makhluknya)
23
Ar Raafi`
الرافع
Yang Maha Meninggikan (makhluknya)
24
Al Mu`izz
المعز
Yang Maha Memuliakan (makhluknya)
25
Al Mudzil
المذل
Yang Maha Menghinakan (makhluknya)
26
Al Samii`
السميع
Yang Maha Mendengar
27
Al Bashiir
البصير
Yang Maha Melihat
28
Al Hakam
الحكم
Yang Maha Menetapkan
29
Al `Adl
العدل
Yang Maha Adil
30
Al Lathiif
اللطيف
Yang Maha Lembut
31
Al Khabiir
الخبير
Yang Maha Mengenal
32
Al Haliim
الحليم
Yang Maha Penyantun
33
Al `Azhiim
العظيم
Yang Maha Agung
34
Al Ghafuur
الغفور
Yang Maha Pengampun
35
As Syakuur
الشكور
Yang Maha Pembalas Budi (Menghargai)
36
Al `Aliy
العلى
Yang Maha Tinggi
37
Al Kabiir
الكبير
Yang Maha Besar
38
Al Hafizh
الحفيظ
Yang Maha Memelihara
39
Al Muqiit
المقيت
Yang Maha Pemberi Kecukupan
40
Al Hasiib
الحسيب
Yang Maha Membuat Perhitungan
41
Al Jaliil
الجليل
Yang Maha Mulia
42
Al Kariim
الكريم
Yang Maha Mulia
43
Ar Raqiib
الرقيب
Yang Maha Mengawasi
44
Al Mujiib
المجيب
Yang Maha Mengabulkan
45
Al Waasi`
الواسع
Yang Maha Luas
46
Al Hakiim
الحكيم
Yang Maha Maka Bijaksana
47
Al Waduud
الودود
Yang Maha Mengasihi
48
Al Majiid
المجيد
Yang Maha Mulia
49
Al Baa`its
الباعث
Yang Maha Membangkitkan
50
As Syahiid
الشهيد
Yang Maha Menyaksikan
51
Al Haqq
الحق
Yang Maha Benar
52
Al Wakiil
الوكيل
Yang Maha Memelihara
53
Al Qawiyyu
القوى
Yang Maha Kuat
54
Al Matiin
المتين
Yang Maha Kokoh
55
Al Waliyy
الولى
Yang Maha Melindungi
56
Al Hamiid
الحميد
Yang Maha Terpuji
57
Al Muhshii
المحصى
Yang Maha Menghitung Segala Sesuatu
58
Al Mubdi`
المبدئ
Yang Maha Memulai
59
Al Mu`iid
المعيد
Yang Maha Mengembalikan Kehidupan
60
Al Muhyii
المحيى
Yang Maha Menghidupkan
61
Al Mumiitu
المميت
Yang Maha Mematikan
62
Al Hayyu
الحي
Yang Maha Hidup
63
Al Qayyuum
القيوم
Yang Maha Mandiri
64
Al Waajid
الواجد
Yang Maha Penemu
65
Al Maajid
الماجد
Yang Maha Mulia
66
Al Wahiid
الواحد
Yang Maha Tunggal
67
Al Ahad
الاحد
Yang Maha Esa
68
As Shamad
الصمد
Yang Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta
69
Al Qaadir
القادر
Yang Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan
70
Al Muqtadir
المقتدر
Yang Maha Berkuasa
71
Al Muqaddim
المقدم
Yang Maha Mendahulukan
72
Al Mu`akkhir
المؤخر
Yang Maha Mengakhirkan
73
Al Awwal
الأول
Yang Maha Awal
74
Al Aakhir
الأخر
Yang Maha Akhir
75
Az Zhaahir
الظاهر
Yang Maha Nyata
76
Al Baathin
الباطن
Yang Maha Ghaib
77
Al Waali
الوالي
Yang Maha Memerintah
78
Al Muta`aalii
المتعالي
Yang Maha Tinggi
79
Al Barru
البر
Yang Maha Penderma (Maha Pemberi Kebajikan)
80
At Tawwaab
التواب
Yang Maha Penerima Tobat
81
Al Muntaqim
المنتقم
Yang Maha Pemberi Balasan
82
Al Afuww
العفو
Yang Maha Pemaaf
83
Ar Ra`uuf
الرؤوف
Yang Maha Pengasuh
84
Malikul Mulk
مالك الملك
Yang Maha Penguasa Kerajaan (Semesta)
85
Dzul Jalaali Wal Ikraam
ذو الجلال و الإكرام
Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan
86
Al Muqsith
المقسط
Yang Maha Pemberi Keadilan
87
Al Jamii`
الجامع
Yang Maha Mengumpulkan
88
Al Ghaniyy
الغنى
Yang Maha Kaya
89
Al Mughnii
المغنى
Yang Maha Pemberi Kekayaan
90
Al Maani
المانع
Yang Maha Mencegah
91
Ad Dhaar
الضار
Yang Maha Penimpa Kemudharatan
92
An Nafii`
النافع
Yang Maha Memberi Manfaat
93
An Nuur
النور
Yang Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya)
94
Al Haadii
الهادئ
Yang Maha Pemberi Petunjuk
95
Al Badii’
البديع
Yang Maha Pencipta Yang Tiada Bandingannya
96
Al Baaqii
الباقي
Yang Maha Kekal
97
Al Waarits
الوارث
Yang Maha Pewaris
98
Ar Rasyiid
الرشيد
Yang Maha Pandai
99
As Shabuur
الصبور
Yang Maha Sabar